ICT and Internet Business is an Independent Blog Focusing on ICT and Internet Business, eBusiness, Digital Media, Online Advertising, Internet Marketing, Mobile and Wireless, etc.

Komitmen

  • Posted: Monday, December 05, 2005
  • |
  • Author: pradhana

Kalau saja kejujuran tak semahal seperti sekarang ini, tuntutan untuk terbuka, transparan tak akan sekuat yang kita alami sekarang ini. Bukan berarti tuntutan itu menjadi sesuatu yang salah, melainkan memunculkan pertanyaan besar: karena sesuatu yang semestinya ada – kejujuran dan keterbukaan, tetapi justru hal itu yang kini harus didorong untuk ada, seolah telah menjadi sesuatu yang sangat istimewa yang harus atau “dipaksakan” untuk dilakukan.

Sayangnya, lingkungan kehidupan kita, baik pribadi maupun bisnis, hampir tak menyisakan ruang yang cukup untuk memunculkan kejujuran dan keterbukaan. Demi strategi bisnis misalnya, banyak perusahaan saling “menyembunyikan” sesuatu yang belum tentu memang harus disembunyikan hanya karena dianggap akan merugikan perusahaan dalam persaingan. Persepsi ini kemudian berkembang, dan bahkan lebih parah lagi, menjurus pada “boleh saja menyembunyikan informasi atau bahkan berbohong pada konsumen”, hanya untuk kepentingan sesaat seolah-olah itulah jalan untuk memenangkan persaingan dalam merebut hati konsumen.

Di sisi lain, bertamengkan demi strategi perusahaan dalam bersaing, tak jarang perusahaan melakukan tindakan tak terpuji melalui kolaborasi, konspirasi, yang pada ujungnya akan sangat merugikan konsumen, dan juga masyarakat. Kasus hancurnya ENRON – salah satu perusahaan energi, komoditi dan jasa terkemuka dunia dengan pendapatan mencapai US$101 miliar pada tahun 2000, yang berkedudukan di Amerika, misalnya – tak lepas dari adanya kolusi dan konspirasi, yang kemudian kehancurannya justru sangat merugikan konsumen, mitra bisnis dan dunia bisnis pada umumnya.

Tersembunyi atau disembunyikannya berbagai dan dan informasi penting yang menyangkut “kondisi” perusahaan sebenarnya kini banyak terjadi. Perusahaan-perusahaan saling berlomba untuk menunjukkan bahwa perusahaan berkondisi baik, dikelola dengan cara-cara yang efisien, yang kemudian muncul dalam selembar financial statement, yang boleh jadi kenyataan sebenarnya jauh tersembunyi di balik angka-angka yang kelihatan bagus itu.

Seringkali, ketika perusahaan goyah atau bahkan kolaps, baru kemudian publik menyadari bahwa data dan informasi yang selama ini ditunjukkan ternyata tidak benar alisa direkayasa sedemikian rupa dengan berbagai dalih. Pertanyaan mengapa kejujuran dan keterbukaan sedemikian mahalnya, sehingga masyarakat tak lagi dirasakan sebagian bagian penting dari perlunya menyampaikan data dan informasi yang benar.

Sekarang ini, meski tidak menjamin seratus persen keberhasilannya, ketika kejujuran dan keterbukaan yang dikemas dalam istilah “Good Corporate Governance” atau menurut istilah Jos Luhukay “Tata-pamong Perusahaan yang Baik” akan diwujudkan dengan memanfaatkan peran teknologi informasi (TI), hambatannya pun tak kecil. Bukan karena belum tersedianya teknologi dan perangkat yang cukup, melainkan sampai sejauh mana perusahaan, dalam hal ini petinggi-petingginya, memiliki komitmen yang cukup besar untuk mewujudkannya.

Kalau hal itu hanya dilakukan sekedar untuk ikut-ikutan dalam arus semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap hal itu, maka secara nyata gembar-gembor mengakkan “Tata-pamong yang baik” hanya sebagai hiburan belaka. Tapi, benarkah hal itu hanya terkait dengan kepentingan konsumen atau mitra bisnis belaka? Tak adakah manfaat yang justru lebih besar bagi perusahaan?

Saat ini, dengan berkembangnya TI, meningkatnya penggunaan sistem komunikasi dan Internet, sebenarnya semakin besar kemungkinan bagi perusahaan untuk menunjukkan berbagai data dan informasi “yang layak diketahui masyarakat atau konsumen”. Selain itu, transparansi dengan mitra bisnis pun dapat dilakukan dengan baik, sehingga akan mengefektifkan berbagai kegiatan yang terkait dengan bisnisnya, tanpa terbuka secara bebas ke mereka yang tidak memerlukannya.

Sebaliknya, akibat berbagai transparansi yang terjadi, konsumen pun mestinya merupakan bagian penting perkembangan bisnis perusahaan yang membutuhkan data dan informasi yang benar dan akurat itu. Terlebih-lebih lagi, jika perusahaan sudah menjadi perusahaan publik.

Namun, di sisi lain, kita juga perlu menyadari, bahwa TI hanyalah sebagai suatu sarana, yang apabila digunakan secara baik dan tepat, memang ia akan memberi banyak manfaat. Karenanya, komitmen petinggi perusahaan menjadi sangat penting, sehingga keinginan akan sejalan dengan sarana yang tersedia, dan nantinya akan mampu memberikan sesuatu yang optimal, yang juga akan sangat menguntungkan bagi perusahaan. Itu karena meningkatnya kepercayaan dan loyalitas pelanggan, mitra kerja dan juga investor.

0 people have left comments

Commentors on this Post-