ICT and Internet Business is an Independent Blog Focusing on ICT and Internet Business, eBusiness, Digital Media, Online Advertising, Internet Marketing, Mobile and Wireless, etc.

Visi Yang Jelas

  • Posted: Tuesday, November 22, 2005
  • |
  • Author: pradhana

Dewasa ini, perhatian kalangan bisnis tidak lagi semata-mata time-to-market, melainkan muncul kesadaran baru dan sangat fokus pada aspek pengurangan biaya (cost reduction). Konsekuensinya, efisiensi dan efektivitas menjadi kata kunci dalam setiap mempertimbangkan kegiatan perusahaan, mulai dari penyediaan bahan baku, pemrosesan dan pembuatan produk, hingga penyampaiannya ke pasar, serta kegiatan promosi dan iklan.

Namun, umumnya, perhatian mereka lebih pada segi pengeluaran, yang realisasinya terwujud dalam bentuk pengurangan budget, pemotongan biaya, atau, bahkan, penghapusan sejumlah kegiatan, yang dianggap tidak secara langsung mendukung peningkatan profitabilitas perusahaan. Apa yang mereka sebut efisiensi dan efektivitas masih sering yang secara finansial terlihat sangat nyata. Padahal, masih banyak aspek yang kalau tidak jeli melihatnya, justru hal itulah yang menjadi salah satu sumber pemborosan biaya yang cukup besar.

Pengurangan biaya demi efisiensi yang dilakukan secara berlebihan, bukan saja akan berdampak pada menurunnya realiasi kegiatan, melainkan juga pada dorongan moral karyawan dalam melakukan setiap tugas pekerjaannya. Sebaliknya, terlalu berlebihan, bukan saja akan meningkatkan biaya, tetapi juga tidak memberikan pelajaran yang efektif bagi karyawan dalam melakukan tugas pekerjaannya secara efisien dan efektif.

Apa yang dialami perusahaan piranti lunak “Rational Software” menarik untuk disimak. Suatu waktu, perusahaan yang berkedudukan di Amerika ini mengalami penurunan pendapatannya. Tapi simak apa yang justru dilakukan Mike Devlin, Co-founder Rational Software dalam menghadapi masalah tersebut.

"Delapan belas bulan yang lalu, ketika pendapatan perusahaan mengalami penurunan, kami harus memutuskan apakah akan mengurangi struktur biaya atau sebaliknya terus melakukan investasi, guna mencoba meraih pangsa pasar yang lebih besar. Tahukah Anda apa yang kami putuskan? Kami memutuskan untuk tetap mengeluarkan 25-30 persen dari pendapatan kami untuk biaya riset dan pengembangan (R&D). Dan itu dengan pertimbangan sepanjang cash-flow kami positif,” jelas Mike Devlin.

Satu pelajaran lain yang tak kalah menariknya adalah fenomena kahadiran hypermarket Carrefour di Indonesia. Di saat Indonesia mengalami awal masa krisis, dimana tingkat keamanan boleh dibilang masih sangat rawan, perusahaan pengelola hypermarket Perancis ini, justru secara besar-besaran membuka pusat penjualannya. Sekarang, tak kurang dari sepuluh pusat penjualan telah di bangun di Jakarta. Di Paris, Perancis, bahkan Carrefour tidak memiliki pusat penjualan sebanyak itu.

Mungkin mereka sangat efisien, namun keberhasilan bisnisnya tak hanya bertumpu pada efisiensi semata. Melainkan, seperti ditunjukkan Carrefour, lebih pada pemikiran strategis, keberanian mengambil risiko bisnis, jeli melihat peluang, dan tentu didukung oleh “proses bisnis” dan sistem pengelolaan yang tepat dan andal.

Begitu juga dengan penerapan teknologi informasi (TI) di perusahaan. Apakah penerapannya hanya berdasarkan pertimbangan finansial semata? Bukankah sebagai enabler, TI mestinya lebih dilihat sebagai upaya yang “memungkinkan” pencapaian misi perusahaan yang sesuai dengan visi yang telah ditentukan? Karenanya, bukan mustahil penerapan TI dapat meningkatkan biaya, memboroskan waktu dan tenaga. Kecuali, bila hal itu dilakukan secara tepat dan dengan visi yang jelas, yang secara finansial juga mestinya reasonable.

Karenanya, jangan terjebak pada aspek finansial saja, lihatlah lebih luas, karena ada banyak aspek lain yang seharusnya juga diperhatikan. Pertimbangan finansial hanyalah salah satu aspek, dan bukan satu-satunya.

0 people have left comments

Commentors on this Post-